NUNUKAN – sebuah permata timur yang terhampar di ujung negeri, kembali menjadi kanvas bagi goresan mahakarya persatuan. Di antara riak ombak kehidupan modern, sebuah benih kebaikan telah ditanam dalam rangka Program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Ke-124, yang digagas oleh Kodim 0911/Nunukan.
Ini bukan sekadar program pembangunan; ini adalah simfoni abadi antara palu dan cangkul, antara seragam loreng dan kain batik, antara semangat membaja TNI dan jiwa gotong royong masyarakat. Dari jantung Kelurahan Mansapa, Kecamatan Nunukan Selatan—sebuah wilayah yang kerap menantang dengan topografi dan sejarahnya—terbitlah fajar baru bagi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), bukan hanya sekadar renovasi fisik, melainkan penegakan martabat yang sempat terbungkuk.
Senin (26/05), mentari bersaksi atas kolaborasi bak tarian balet yang sempurna. Di sana, para prajurit penjaga kedaulatan, dengan sorot mata tekad sekeras baja, berpadu irama langkah dengan warga lokal yang menghela napas optimisme. Mereka bukan hanya membangun dinding atau memasang atap, melainkan sedang menorehkan fondasi dari sebuah mimpi besar. Fokus utama mereka: mengikat bumi dengan erat, memadatkan setiap inci tanah pondasi RTLH. Ini bukan sekadar ritual teknis, melainkan sebuah sumpah bisu kepada masa depan.
“Pemadatan tanah ini seperti menanam akar kehidupan bagi sebuah pohon perkasa,” ujar Serma Erwin Tuanhu, arsitek lapangan yang hatinya terpaut pada ketelitian, “Tanpa akar yang menghujam kuat, mustahil pohon itu akan menjulang gagah menantang badai.” Ia mengingatkan, fondasi yang rapuh akan melahirkan retakan di hati, bukan hanya di lantai beton.
Dengan suara yang sarat pengalaman dan kepedihan akan kerugian, Serma Erwin menambahkan, “Lantai yang ambles, dinding yang retak, itu bukan hanya cacat bangunan. Itu adalah cermin dari janji yang tak terpenuhi, dari pondasi hati yang tak tertunaikan. Kami ingin membangun tidak hanya rumah, tetapi benteng ketahanan jiwa, dan itu dimulai dari tanah yang dipadatkan dengan cinta.” Meskipun seringkali dihadapkan pada keterbatasan alat, semangat Satgas TMMD dan masyarakat setempat adalah api tak kenal lelah yang melebur baja dan membakar batasan. Dengan cangkul seadanya dan tangan yang kapalan, mereka menari di atas tanah, memastikan setiap hentakan adalah doa, setiap jejak adalah jaminan kualitas.
Seluruh jajaran Kodim 0911/Nunukan menggenggam erat harapan bahwa mahakarya ini, dari pemadatan bumi hingga atap yang menjulang, akan usai sebelum fajar waktu berakhir. Agar mereka yang selama ini terperangkap dalam kepungan ketidaklayakan, dapat segera melangkah ke gerbang harapan, memasuki hunian yang menjadi mercusuar keluarga, pilar perdamaian dan produktivitas.
Program TMMD Ke-124, yang memayungi rentang waktu dari 6 Mei hingga 4 Juni 2025, tak hanya bersauh pada pembangunan fisik semata. Ia adalah arsitek jiwa, yang menanamkan bibit kebangsaan, menyemai gotong royong, dan menyiram tunas keterampilan melalui berbagai penyuluhan dan pelatihan. Ini adalah sebuah perjalanan holistik, dari pembangunan jembatan yang menghubungkan dusun, hingga jembatan hati yang menyatukan masyarakat. Dari RTLH yang tegak, hingga anak-anak yang tumbuh dengan pendidikan dan asa.
Pada akhirnya, TMMD ini adalah seruan abadi: bahwa membangun Indonesia adalah kerja kolektif, dimulai dari setiap gumpal tanah yang dipadatkan, setiap tetes keringat yang dipersembahkan, demi fondasi kesejahteraan yang tak tergoyahkan. Demi masa depan Mansapa yang bercahaya, demi Indonesia yang lebih kokoh.(0911).