BARITO KUALA – Senja mulai turun di Desa Tumih, Kecamatan Wanaraya. Cahaya jingga memantul di dinding Mushola Nurul Iksan, tempat di mana derap langkah prajurit berseragam loreng berpadu dengan langkah warga desa yang membawa sajadah. Tak ada perintah, tak ada komando. Hanya panggilan azan Maghrib yang menyatukan semuanya.
Di tengah kesibukan mereka menjalankan Program TMMD Ke-126 Kodim 1005/Barito Kuala, para prajurit meluangkan waktu untuk melaksanakan shalat berjamaah bersama masyarakat. Suasana hening, damai, dan sarat makna. Loreng dan rakyat menyatu dalam barisan saf, menunduk dalam doa yang sama.
Minggu (19/10), Kapten Caj Mahyuni Azis, Koordinator Umum TMMD Ke-126, menuturkan bahwa kegiatan ibadah bersama menjadi bagian penting dari kehidupan para prajurit selama berada di desa.
“Shalat berjamaah ini sederhana, tapi maknanya besar. Kami ingin menunjukkan bahwa TNI hadir bukan hanya untuk membangun secara fisik, tapi juga untuk menumbuhkan kedekatan batin dengan masyarakat,” ungkapnya.
Usai shalat, terlihat beberapa warga berbincang ringan dengan anggota Satgas TMMD. Anak-anak berlari kecil di halaman mushola sambil menyapa prajurit yang mereka anggap seperti keluarga baru.
Bagi warga, kehadiran TNI di desa mereka membawa rasa aman sekaligus kehangatan. Bukan hanya karena pembangunan yang sedang berjalan, tapi karena sentuhan kemanusiaan yang dirasakan dalam setiap interaksi.
“Kalau lihat bapak-bapak TNI ikut shalat, rasanya dekat sekali. Mereka bukan tamu, tapi sudah seperti saudara sendiri,” ujar Pak Usman, warga Desa Tumih yang hampir setiap hari ikut berjamaah.
Malam itu, selepas doa bersama, suasana mushola masih hangat oleh canda ringan dan tawa kecil. Di sinilah makna sejati TMMD tercermin — bukan hanya dalam bangunan yang kokoh berdiri, tapi dalam ikatan hati antara TNI dan rakyat yang terus terjalin tanpa batas.(1005).
