Pelukan di Antara Papan dan Debu: Saat Harapan Mulai Didirikan dari Nol

BARITO KUALA – Di tengah rangka kayu yang berdiri setengah jadi, suara palu dan gergaji terdengar bersahutan. Serpihan kayu berjatuhan, seolah menjadi saksi lahirnya harapan baru di Desa Tumih, Kecamatan Wanaraya. Di antara debu dan keringat itu, tampak sebuah pelukan hangat — sederhana, namun sarat makna. Seorang prajurit TNI memeluk seorang lelaki tua dengan erat, di depan rumah yang sedang dibangun dari nol.

Rumah itu milik Kai Salamun, seorang warga lanjut usia yang hidup dalam kesederhanaan. Dahulu, di tempat yang sama berdiri sebuah rumah kecil berdinding papan lapuk dan berlantaikan tanah. Kini, melalui program TMMD Ke-126 Kodim 1005/Barito Kuala, rumah itu mulai berdiri kembali — bukan sekadar diperbaiki, tapi benar-benar dibangun ulang dari pondasi yang baru.

Bagi Letkol Inf Andika Suseno, S.I.P, Dansatgas TMMD, momen itu bukan sekadar pekerjaan.

Bacaan Lainnya

“Kami membangun rumah ini dari nol, seperti menanam kembali semangat hidup. Setiap papan yang terpasang bukan hanya bagian dari bangunan, tapi bagian dari harapan,” ujarnya tenang, sambil memperhatikan prajuritnya bekerja.

Pelukan antara Dansatgas dan Kai Salamun di tengah kerangka rumah itu bukanlah adegan yang direncanakan. Ia lahir dari rasa tulus, dari pertemuan dua sosok yang berbeda dunia namun disatukan oleh nilai kemanusiaan. Kai Salamun, dengan mata berkaca, tak banyak bicara. Tapi genggamannya pada bahu sang prajurit sudah cukup menjelaskan: bahwa kehadiran TNI bukan hanya tentang membangun, tapi tentang menguatkan.

Meski bangunan masih berupa rangka kayu tanpa dinding utuh, di sanalah makna TMMD terasa hidup. Setiap paku yang ditancapkan menjadi simbol gotong royong; setiap papan yang diangkat bersama menjadi tanda bahwa kemanunggalan itu nyata, bukan sekadar slogan.

Sore hari, sinar matahari menyusup di sela-sela tiang rumah yang belum berdinding. Bayang-bayang para prajurit jatuh di atas tanah, menyatu dengan debu dan kerja keras mereka. Di antara suara tawa warga dan deru palu yang tak henti, terasa ada sesuatu yang tumbuh — bukan hanya rumah, tapi rasa percaya dan kebersamaan yang kembali disemai.

Di Desa Tumih, sebuah rumah memang sedang dibangun. Namun sejatinya, yang sedang berdiri adalah jembatan batin antara rakyat dan TNI — kokoh, hangat, dan lahir dari niat yang tulus.(1005).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *