KUTAI TIMUR – Menjelang berakhirnya program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Ke-125 Kodim 0909/Kutai Timur, kedisiplinan para prajurit TNI tidak sedikit pun berkurang. Meski program tinggal menyisakan dua hari sebelum resmi ditutup pada 21 Agustus 2025, apel pagi tetap digelar secara rutin di Desa Suka Rahmat, Kecamatan Teluk Pandan, pada Selasa (19/8).
Rutinitas ini menjadi kunci utama agar seluruh sasaran fisik dapat rampung tepat waktu. Karena disiplin tetap dijaga, maka pembagian tugas berjalan lebih teratur, pekerjaan di lapangan menjadi lebih terarah, dan sasaran pembangunan bisa dikejar sesuai target.
Komandan SSK TMMD Ke-125, Lettu Arh Suhendri, menegaskan bahwa apel pagi bukan hanya formalitas. Menurutnya, apel pagi adalah titik awal yang menentukan kelancaran aktivitas harian Satgas.
“Apel pagi itu kewajiban. Dari sini kita pastikan semua personel siap, informasi tersampaikan dengan jelas, dan target pekerjaan dibagi secara proporsional. Kalau koordinasi jelas di awal, hasil di lapangan pasti lebih maksimal,” ujarnya.
Dalam apel tersebut, pasukan dibagi ke beberapa sektor pekerjaan, mulai dari rehab Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), pembangunan jembatan ulin, pembuatan TMAB, hingga pengerasan jalan sebagai sasaran utama. Karena tugas dibagi sesuai kemampuan dan tanggung jawab, maka setiap prajurit dapat bekerja fokus pada sasaran masing-masing.
Disiplin yang terjaga di tubuh Satgas TMMD Ke-125 membawa dampak langsung terhadap progres pembangunan. Pekerjaan fisik yang semula dikejar waktu kini berjalan lebih teratur dan cepat.
“Kalau kami tidak disiplin, maka pekerjaan akan berantakan dan sasaran sulit tercapai. Justru dengan apel pagi ini, semua tahu posisinya, sehingga di lapangan tidak ada yang tumpang tindih,” tambah Lettu Suhendri.
Dengan pola kerja yang disiplin dan terukur, hasil pembangunan tidak hanya dapat dirasakan secara fisik, tetapi juga menumbuhkan rasa kebersamaan antara TNI dan masyarakat. Keberadaan Satgas TMMD yang bekerja rapi setiap hari menjadi contoh bagi warga tentang arti gotong royong dan kerja kolektif.
Karena waktu penutupan program semakin dekat, maka kedisiplinan Satgas menjadi faktor penentu keberhasilan. Dengan disiplin, sasaran pembangunan yang dikerjakan selama hampir sebulan lebih diyakini selesai tepat waktu.
“Harapan kami sederhana, semoga apa yang kami kerjakan bisa memberi manfaat nyata. Jalan yang kami kerjakan akan memudahkan mobilitas warga, jembatan ulin jadi penghubung baru, dan rumah yang kami rehab menghadirkan kenyamanan bagi pemiliknya. Itulah tujuan utama kami hadir di sini,” jelasnya.(0909).