KUDUS – Kamis (21/08) pagi, Lapangan Dukuh Sekandang di Desa Kandangmas, Kecamatan Dawe, berbeda dari biasanya. Rumput yang masih basah oleh embun tampak dipijak ribuan orang. Dari anak sekolah dengan seragam putih merah, para tokoh agama bersarung dan berpeci, hingga prajurit TNI dengan pakaian kebanggaannya. Mereka berkumpul, bukan untuk sekadar menyaksikan upacara, melainkan untuk merayakan sesuatu yang lebih besar: berakhirnya TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler ke-125 Kodim 0722/Kudus.
Wajah-wajah penuh senyum terlihat di antara kerumunan. Ada rasa bangga sekaligus haru, karena selama lebih dari sebulan terakhir, Desa Kandangmas menjadi saksi bagaimana TNI dan warga bahu-membahu mewujudkan mimpi bersama.
“TMMD ini ibarat jembatan, yang menghubungkan harapan desa dengan kenyataan. Kami bangga bisa ikut merasakan prosesnya,” ujar Maryoto, seorang warga yang rumahnya ikut direhab dalam program ini.
Hasil pembangunan TMMD kali ini memang langsung terasa. Jalan beton sepanjang ratusan meter kini mulus dan mudah dilewati, membuat warga lebih mudah mengangkut hasil panen. Sebuah jembatan baru juga memperpendek jarak antar-dusun. Puluhan rumah tak layak huni kini berdiri lebih kokoh dan layak ditempati. Sementara itu, air bersih yang mengalir dari sarana baru menjadi berkah tersendiri bagi warga yang sebelumnya kesulitan mendapatkan pasokan.
“TMMD bukan hanya membangun infrastruktur, tetapi juga membangun keyakinan bahwa masyarakat desa tidak sendirian. Mereka punya TNI, punya pemerintah, yang siap berjalan bersama,” kata Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Achiruddin Darojat, SE., M.Han., yang hadir langsung memimpin upacara penutupan.
Di balik pembangunan fisik, TMMD juga menyentuh sisi lain kehidupan warga. Dari penyuluhan kesehatan, pendidikan wawasan kebangsaan, hingga pelatihan kemandirian, semua memberi warna baru di desa ini.
Bupati Kudus, Dr. Ars. Sam’ani Intakoris, S.T., M.T., menyebut TMMD sebagai hadiah berharga bagi masyarakat. “Yang paling membahagiakan bukan hanya hasil yang bisa dilihat mata, tetapi semangat gotong royong yang kembali hidup. Inilah kekuatan yang sesungguhnya,” ujarnya.
Kini, setelah upacara penutupan usai, lapangan kembali lengang. Namun jejak TMMD masih tertinggal. Jalan yang dulunya rusak kini menjadi jalur penghubung ekonomi. Anak-anak tak lagi mengeluh saat berangkat sekolah. Para petani bisa membawa hasil panen tanpa takut terperosok di jalan becek.
Dan yang paling penting, warga merasakan bahwa TNI bukan hanya penjaga perbatasan, melainkan juga sahabat yang hadir di tengah kehidupan sehari-hari.
Bagi masyarakat Kandangmas, TMMD bukan sekadar program, melainkan cerita tentang kebersamaan. Sebuah kisah sederhana, bahwa ketika rakyat dan TNI menyatukan langkah, perubahan nyata akan lahir.(0722/Red).